Wednesday, 6 April 2016

The story of my (broken) love

Edit Posted by with No comments

Jadi ceritanya terjadi sekitar beberapa tahun yg lalu. Ketika saya bekerja di sebuah perusahaan swasta di bidang elektronik yg bertempat di salah satu kawasan industri di kota Karawang.

Di suatu hari kerja yg lumayan sibuk, saat saya sedang bekerja. Menyiapkan semua material yg akan di-running di line. Tiba-tiba saya dikejutkan oleh kakak senior yg bilang kayak gini,
"Na, ada yg nitip salam, tuh, sama kamu," katanya.
"Ah, masa, sih? Emang siapa sih, kak?" Agak kaget jugasih dengernya.
"Ih, beneran kali, itu si Dean. Katanya dia salam sama kamu," balasnya.
"Masa, sih?" Mulai senyum-senyum sendiri gak jelas, "yaudah, Kak. Salam balik aja, ya." Lanjut saya dengan ketawa.

Setelah percakapan itu, saya dan kakak senior tidak membicarakan itu lagi. Waktu terus berjalan, saya bekerja seperti biasanya. Semakin hari, semakin banyak teman yg saya kenal. Sekedar informasi aja di perusahaan ini kebanyakan karyawannya cewek semua atau presentase-nya sekitar 85% .

Suatu ketika , gak tau apa yg ada dipikirannya si Dean. Tiba-tiba dia minta jawaban tentang perasaannya. Setelah sekian lama kita menyapa, becanda dan ah, sudahlah. Tapi Dean gak berani nanya langsung sama saya. Tapi dia meminta tolong sama temen saya, namanya Jarwo gak pake Sopo. Jarwo pun bertanya,
"Na, si Dean nanyain, gimana hubungan kamu dengan si Dean. Mau dilanjut apa gimana?" Katanya sambil memaparkan apa yg diucapkan persis dengan apa yg diucapkan Dean.
Saya yg ditanya hanya bisa bengong aja.
"Yeh, ditanya kok malah diem aja, sih?" Sebal karena ekspresi saya hanya diam.
"Hmmm, gimana, ya? Gak tau mau bilang apa. Saya bingung." Jawab saya sekenanya.
Jarwo pun bingung apa yg harus disampaikan sama Dean karena tidak membuahkan hasil.

Hari-hari berikutnya sama seperti hari kerja pada umumnya, iya, membosankan. Lagi penatnya kerja lagi-lagi si Kakak senior mengagetkan saya lalu bilang,
"Ini, Na. Kamu dapet undangan," katanya sambil menyodorkan kertas bertuliskan 'Undangan Pernikahan'.
"Undangan dari siapa, Kak." Jawab saya penasaran.
"Si Dean besok mau menikah," Jawabnya menjelaskan.
"Hah, yg bener, Kak?" Kaget sekaligus penasaran.
"Iya, beneran. Kalo kamu gak percaya, coba kamu ke line-nya aja tanya sendiri sama orangnya," Balasnya santai.
"Yaudah, Kak. Aku mau ke line-nya duli, ya." Pamitku sambil berjalan ke line-nya si Dean.

Kaki melangkah pelan, memberanikan diri menuju line tempat kerjanya Dean dengan perasaan degup jantung gak karuan. Ketika sudah di depannya saya langsung bilang,
"Dean, kamu emang bener besok mau menikah?"
"Iya, emang kenapa gitu, Na?" Balasnya menanyakan.
"Kok mau nikah, sih?" Balas saya bego.
"Iya, bemeran. Emang kenapa sih aku mau nilah?" Balasnya,
"Kok kamu gak nungguin aku, sih?" Balas saya bego lagi.
"Kamu sih lama, gak buru-buru nembak aku. Akhirnya aku nikah sama yg lain aja," Jawabnya santai sambil menjelaskan.
Saya gak bisa ngomong apa-apa lagi setelah itu. Jawaban dari Dean masih terngiung di telinga dan masih gak percaya.
"Na, kamu gak apa-apa, kan?" Katanya, "Aku tinggalin?" Lanjutnya.
Saya masih bingung dan gak bisa ngomong apa-apa lago.
"Kamu mau datang, kan?" Suara lembut itu kembali menyadarkan.
Saya masih diam, tapi setelah itu bilang, "Oh, gitu. Yaudah, selamat, ya.  Maaf aku gak bisa jadi apa yg seperti kamu harapkan. Semoga kamu bahagia dengan lelaki yg beruntung telah memilih kamu. Jika ada waktu nanti aku bakalan dateng, kok." Jawab saya panjang lebar dengan menahan bendungan air mata di pelupuk mata.
Dan, percakapan dan hubungan kami pun diakhiri dengan senyuman terindah dari seorang Dean.

Tamat.

0 comments:

Post a Comment